Minggu, 25 Januari 2015

Perintah Wirid “Ya Hadi Ya Alim Ya Khabir Ya Mubin Ya Wali Ya Hamid Ya Qawim Ya Hafidz”


Ya Hadi
Seorang sufi yang mengalami pengalaman spiritual tidak bisa didasarkan kepada argumetasi ilmiah. Karena pengalaman spiritual merupakan kejadian yang diluar nalar manusia. Ayat al-Qur’an banyak menyebutkan cerita-cerita yang di luar nalar manusia. Sebut saja pasukan nabi Sulaiman yang memindahkan istana, lahirnya onta dari batu dan lain sebagainya. Jika kejadian yang di luar nalar manusia tersebut disandarkan ke para Nabi maka disebut Mu’jizat. Dinamakan Mu’jizat karena bersifat melemahkan musuh yang dihadapi oleh pada Nabi. Sedangkan jika kejadian di luar nalar manusia tersebut disandarkan kepada wali maka disebut Karamah. Dinamakan demikian karena arti karamah adalah kemuliaan yang telah Allah berikan kepada kekasihnya.
Tinjauan ilmu pengetahuan, pengalaman spiritual dapat dipelajari melalui ilmu neurosains. Neurosains (atau neurobiologi) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari otak dan sistem saraf di dalamnya yang mengatur cara dan wilayah kerja sel-sel saraf yang dinamakan neuron dalam hubungannya dengan seluruh tubuh manusia dan keadaan mental. Namun pengalaman spiritual tersebut tidak serta merta bisa diilmiahkan. Karena jika pengalaman spiritual diilmiahkan maka kesan sufistiknya akan hilang.
Banyak cerita tentang pengalaman spiritual Abah Umar dan murid-muridnya. Salah satu ceritanya adalah cerita dari Kyai Nahrowi Tinumpuk yang mendapatkan cerita dari Kyai Kholil Mire yang ditulis oleh Ustadz Muhyiddin Jepara tetang saat datangnya perintah wirid ya hadi ya alim ya khabir ya mubin ya wali ya hamid ya qawim ya hafidz. Suatu ketika pada hari Ahad Kyai Kholil sowan Syaikhunal Mukarram Abah Umar ke Panguragan. Setelah selesai shalat Asar para sahabat beliau beramah-tamah. Pada saat ramah-tamah sedang berlangsung semua orang tiba-tiba mencium semerbak bau harum yang belum pernah ada sebelumnya.
Setelah itu Abah Umar hadir di tengah-tengah para sahabat yang ramai membicarakan tentang bau harum tersebut. Beliau berkata: “Kang Kholil lan kabeh bae, nembe mawon wonten tamu saking Baghdad maringi penggawean.” (Kang Kholil dan yang lain, baru saja ada tamu dari Baghdad member pekerjaan). Semua sahabat terdiam lalu Abah Umar meneruskan: “Kepripun sih pada mendel mawon?” (Bagaimana ko’ pada diam saja). Kyai Kholil hanya mengangguk-anggukkan kepala. Sedangkan sahabat yang lain hanya berbisik-bisik. Malam harinya malam Senin Abah Umar mulang wirid: ya hadi ya alim ya khabir ya mubin ya wali ya hamid ya qawim ya hafidz.
Wallahu A’lam
Penulis: Yusuf Muhajir Ilallah

Sabtu, 24 Januari 2015

Pondok Pesantren Nurul Huda Munjul, Icon Jamaah Asy Syahadatain

munjul
Pondok Pesantren Nurul Huda adalah salah satu yayasan dan lembaga pendidikan Jamaah Asy-Syahadatain yang tertua di wilayah Jawa Barat. Pondok Pesantren ini didirikan jauh sebelum berdirinya Jamaah asy-Syahadatain, yakni sekitar tahun 1747 M. oleh KH. Abdullah Lebu.
Pada awalnya KH. Abdullah Lebu mendirikan pesantren bukan di daerah Munjul Astanajapura, tetapi karena kebakaran besar melanda pesantren tersebut maka terpaksa beliau mendirikan pesantren kembali dari awal namun di tempat yang berbeda. Di bawah bimbingan guru beliau, Syaikh Musa Maharesi Shiddiq, beliau diberi solusi untuk pindah tempat yang lebih strategis. Syaikh Musa hanya memberi ciri-ciri fisik tanah tanpa memberitahu lokasi yang pasti. Dan ternyata tempat yang cocok dengan ciri-ciri fisik tanah yang telah diberitahu oleh Syaikh Musa berada di tempat yang sekarang bernama desa Munjul kecamatan Astanajapura kabupaten Cirebon. Waktu itu, daerah yang dimaksud masih hutan belantara. Kemudian beliau pindah diikuti oleh santri-santrinya dengan masyarakat yang setia kepada beliau. Turun-temurun diganti oleh anak dan cucu beliau akhirnya sampai dengan sekarang menjadi pondok pesantren yang cukup pesat perkembangannya.
IMG-20130322-00112
Setelah berdirinya jamaah Asy-Syahadatain seluruh kyai, santri dan masyarakat pesantren masuk menjadi anggota jamaah Asy-Syahadatain. Motivasi masuknya mereka adalah pesan dari KH. Zainal Asyiqin (keturunan ke tiga dari KH. Abdullah Lebu) yang meramalkan akan datangnya seorang dzurriyyah Nabi yang mengajarkan tentang ilmu syahadat yang muncul dari barat laut desa Munjul. Secara spontanitas seluruh penduduk Munjul berbondong-bondong masuk anggota jamaah Asy-Syahadatain.
Secara geografis Pondok Pesantren Nurul Huda terletak di dukuh Munjul Pesantren desa Munjul kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Masyarakat di dukuh Munjul Pesantren yang berjumlah ratusan orang kepala keluarga 100% adalah Jamaah Asy-Syahadatain. Sedangkan apabila dihitung di desa Munjul sekitar 80% adalah pengikut Jamaah Asy-Syahadatain.
Jumlah santri yang terdaftar di Pondok Pesantren Nurul Huda kurang lebih berjumlah 1000 orang baik laki-laki maupun perempuan. Pondok Pesantren Nurul Huda terdiri dari 11 (sebelas) asrama: asrama Uswatun Hasanah, asrama Darul Fikr al-Islamiyah, asrama ar-Ro’afah, asrama Ashabul Yamin, asrama an-Nasihah, asrama K. Muhammad Amin, asrama KH. Zainal Muttaqin, asrama K. Hasanuddin, asrama K. Muhyiddin, asrama K. Sughrawardi, dan asrama al-Barokah. Pondok Pesantren Nurul Huda memiliki lembaga pendidikan formal dari jenjang TK, MI, MTs, MA, MAK, SMK dan Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Huda kelompok belajar STAIC Cirebon.
Berdirinya jamaah Asy-Syahadatain dan banyaknya masyarakat yang mengikuti ajaran habib Umar menjadikan Pondok Pesantren Nurul Huda secara resmi menjadi lembaga pendidikan formal dan non formal yang dimiliki oleh Jamaah Asy-Syahadatain. Sebagai lembaga yang dimiliki oleh Jamaah Asy-Syahadatain, Pondok Pesantren Nurul Huda mempunyai program khusus yang berkaitan dengan ajaran-ajaran Jamaah Asy-Syahadatain, seperti mata pelajaran keasysyahadatainan, ritual khusus, seperti tawasulan, dan program-program harian yang bersifat ubudiyah.

Dikutip dari Buku Fenomena Pengagungan Dzurriyah Nabi (Studi Kritik dan Living Hadits atas Hadits-hadits yang Digunakan Jamaah Asy-Syahadatain dalam Risalah KH. Muhammad Hazim) oleh Yusuf Muhajir Ilallah tahun 2010

Sabtu, 29 November 2014

Ilmu Biologi yang bersyahadat

Syahadat iku minangka wiji kang tukul
Wite gede pange ngrembyak wohe gadul
Sebab syahadat ilmune dadi manfaat
Nyelametaken neng badan dunya akhirat


Artinya: "Syahadat adalah perumpamaan sebuah biji yang tumbung menjadi pohon besar, kemudian rantingnya banyak tersebar dan buahnya bergelantungan. Sebab syahadat ilmu menjadi manfaat untuk menyelamatkan diri kita di dunia dan akhirat"
Syahadat dari segala asperk, baik itu kalimat syahadat, makna syahadat dan aktualisasi syahafat merupakan sebuah pondasi yang di atasnya berdiri kokoh sebuah bangunan keimanan. Sebagaimana yang diilustrasikan dalam syair di atas bagaikan biji yang menumbuhkan pohon keimanan dan mencabangkan ilmu syariat serta menghasilkan buah hakekat.
Sumber dari segala ilmu adalah syahadat. Penelaran kalimat tersebut adalah bahwa keindahan ilmu yang kita lihat baik itu ilmu duniawi dan ilmu ukhrawi berasal dari penyaksian kita kepada Allah dan utusaNya (baca: syahadat). Sebagai contoh ketika kita menyaksikan keindahan ilmu biologi maka hal tersebut tidak jauh berbeda dengan kita menyaksikan eksistensi Allah dan makhluk hidup. Kita tau kenapa burung bisa terbang, karena burung mempunyai sayap, siapa yang menciptakan sayap, yaitu Allah sang maha Pencipta. Dengan demikian ilmu biologi tidak menafikan eksistensi Allah yang kemudian disebut menyaksikan Allah atau bersyahadat.
Sama dengan ilmu duniawi, ilmu ukhrawi pun tidak lepas dari eksistensi Allah. Syaikh Said bin Muhammad Ba'syin dalam Busyra al-Karim menuturkan: "Seluruh ilmu ilmiyah dan amaliyah tumbuh dari syahadat yaitu tiada tuhan selain Allah dan Muhammad utusan Allah. Oleh karena itu syahadat adalah kunci Islam dan surga, tidak ada yang melebihi beban beratnya di mizan, dan ucapan yang paling utama para Nabi"
Senada dengan itu Syaikh Muhammad bin Salim Babashil dalam Is'ad ar-Rafiq juga berpendapat: "seluruh ketaatan ilmiyah dan amaliyah tumbuh dari syahadat, dan tidaklah sah imam seseorang tanpa syahadat. Oleh karena itu syahadat adalah kunci surga dan tidak ada bobot yang lebih berat sedikitpun dari syahadat di mizan, dan ucapan yang paling utama diucapkan para Nabi"

Percaya Guru Mursyid, Kunci Bertarekat



Guru nuntun kesugihan dunya akhirat
Yen gelema pada buka neng syahadat


Seorang salik (pelaku tarekat) adalah ibarat kertas putih yang belum terlukis, atau tepung terigu yang belum menjadi makanan. Sedangkan Guru Mursyid ibarat seorang seniman yang akan melukis di kertas putih atau seorang koki yang akan membuat makanan dari bahan dasar tepung.
Kepasrahan seorang salik menentukan keberhasilah dalam menjalankan tuntunan tarekatnya. Semakil salik tuntuk kepada gurunya maka semakin cepat dia wushul mendapatkan hakekat kehidupan. Ibarat orang buta yang dituntun namun ragu dengan orang yang menuntunnya, maka jalan pun semakin lama dan berat.
Dengan demikian salik harus punya rasa percaya kepada gurunya. Sejenak saja salik meragukan gurunya maka nasehat yang diajarkan oleh gurunya tidak akan bermanfaat.
ان المعلم والطبيب كلهما # لم ينصحان ادا هما لم يكرما
"Sesungguhnya Guru dan Dokter, keduanya tidak akan memberikan nasehat (menyembuhkan penyakit), apabila keduanya tidak dimuliakan (tidak ditercaya, tidak dihargai) oleh murid atau pasiennya"
Alkisah diceritakan, suatu ketika Imam Ghazali shalat berjamaah dengan adiknya Syaikh Muhammad. Namun, entah mengapa tiba-tiba Syaikh Muhammad mufarraqah (memisahkan diri dari jamaah) dengan Imam Ghazali. Setelah selesai shalat Imam Ghazali memohon kepada ibunya untuk bertanya kepada adiknya kenapa dia mufarraqah, dan adakah yang tidak sah di dalam shalatnya.
Kemudian ibunda Imam Ghazali bertanya kepada Syaikh Muhammad: "Muhammad anakku, kenapa engkau tadi dalam shalat mufarraqah dengan kakakmu? Adakah yang tidak sah pada Ahmad (Imam Ghazali)?"
Syaikh Muhammad menjawab: "Aku tadi melihat kangmas Ahmad dalam shalat seluruh badannya penuh dengan darah, sehingga tidak mungkin aku meneruskan makmum dengan beliau"

Sang ibunda pun menceritakan hal tersebut kepada Imam Ghazali. "Astaghfirullah, aku baru ingat, sebelum shalat aku memikirkan tentang darah haid. Karena bab tentang darah haid ini merupakan hal yang rumit sampai-sampai ketika aku shalat menjadi imam tadi aku teringat terus akan darah haid"
Imam Ghazali pun menyadari bahwa pasti gurunya Syaikh Muhammad adalah orang alim dan hebat. Bertanyalah Imam Ghazali kepada adiknya perihal gurunya, dan dia berniat akan berguru dengan gurunya tersebut.
Namun, adiknya tidak mau mengatakan siapa gurunya lantaran malu akan keberadaan gurunya. Karena terus didesak, adiknya pun mau mengatakannya. Ternyata guru adiknya adalah orang biasa yang bekerjaan sehari-harinya sebagai tukan sol sandal di pasar.
Hal tersebut tidak mengurungkan niat Imam Ghazali belajar kepada beliau. Setelah beliau menemukannya beliau meminta guru tersebut untuk mengangkat imam Ghazali sebagai muridnya. Namun, permintaan tersebut ditolak oleh guru lantara imam Ghazali adalah imam besar dan mulia. Sedangkan beliau hanyanya tukang sol sepatu.
Walaupun sudah ditolah imam Ghazali tetap keukeuh ingin menjadi muridnya, sehingga imam Ghazali menunggu selama tiga hari tiga malam di lapak guru tersebut. Karena, keyakinan imam Ghazali kepada guru lah yang membuat beliau mau menerimanya menjadi murid.

Maring Guru kang percaya dulur pomah
Zaman akhir sapa kang momong agama
Ingkang momong bangsa turunane nabi
Turun olih perintah sing Allahu Rabbi

Silsilah Abah Umar

1. Habibullah Abah Umar
2. Sayyid Ismail
3. Sayyid Ahmad
4. Sayyid Syeh
5. Sayyid Toha
6. Sayyid Yahya
7. Sayyid Ahmad
8. Sayyid Idrus
9. Sayyid Abdullah
10. Sayyid Muhammad
11. Sayyid Alwiy
12. Sayyid Ahmad
13. Sayyid Yahya
14. Sayyid Hasan
15. Sayyid Ali
16. Sayyid Alwiy
17. Sayyid Muhammad
18. Sayyid Ali
19. Sayyid Alwiy
20. Sayyid Muhammad Al-Faqih Muqodam
21. Sayyid Ali
22. Sayyid Muhammad Shokhib Mirbath
23. Sayyid Ali Khali qosam
24. Sayyid Alwiy
25. Sayyid Muhammad
26. Sayyid Ali
27. Imam Ubaiydillah
28. Imam Ahmad Al-Muhajir Ilallah
29. Imam Isya Annakib
30. Imam Muhammad Annakib
31. Imam Ali Al-Ariydho
32. Imam Ja'far Shodik
33. Imam Muhammad Al-Bakir
34. Imam Ali Zaenal Abidin
35. Maulana Sayyidina Husein
36. Sayyidatina Fatimatuzahro
37. Sayyidina Wamawlana Muhammad SAW.

SEJARAH SYEKHUNAL MUKAROM/ABAH UMAR BIN ISMA’IL BIN YAHYA



Syekhunal Mukarom adalah sebutan bagi Al- Habib Abah Umar Bin Isma’il Bin Yahya, beliau lahir di arjawinangun pada Bulan Rabiul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M.
Ayahnya adalah seorang Da’I asal dari hadromaut yang menyebarkan islam di nusantara yang bernama Al-Habib Syarif Isma’il bin yahya, sedangkan ibunya adalah siti suniah binti H. Sidiq asli arjawinangun. Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari Syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa hawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebutpun hilang.

Menginjak ke usia 7 tahun nan, Al Habib Abah Umar nyantri ke pondok pesantren ciwedus, Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrenya akan kedatangan Habib Agung, sehingga para santrinya di perintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datng bagi Habib yang sebentar lagi tiba. Kiai juga berpesan aga Habib dihormati, dan dimuliakan, dan jangan dipersalahkan. Hingga pada waktu yang di tunggu datanglah Al Habib Abah Umar ke pesantren ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan kader karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil.

Diceritakan bahwa Abah Umar di ciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun di sana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas di samping kiai, sehingga para santripun mencibir/mencemooh. Abah Umar menunjukan khowariknya dengan mengingatkan KH. Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamarpun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan. Setelah beberapa waktu mesantren di ciwedus KH. Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarka Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Embah kholil Madura. Akhirnya KH. Ahmad Saubar yang didalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat.
Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos dibawah asuhan KH. Syuja’i dari pondok bobos selanjutnya pindah ke pondok buntet di bawah asuhan KH. Abbas. Dibuntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di ciwedus, tidak mengaji hanya bermain-main di bawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukulah meja kiaitersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat.
Setelah dari pondok buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren majalengka dibawah asuhan KH. Anwar dan KH. Abdul Halim, dipesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahun. Sesampai Abah Umar dirumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atas dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah. Ngaji Syahadatnya Abah Umar pun terdengar keseluruh plosok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang dating untuk mencari selame dunya akherat dengan Itba’ dan Bai’at kepada Abah Umar. Karena disaat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orangtua yang ma’rifat.

Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim. Setiap malam jum’at, panguragan dihadiri oleh para jamaah yang ingin mengaji syahadat. Bahkan menurut berita dari orangtua dulu ketika belanda melewati panguragan mereka berkumandang “Mawlana ya mawlana….” Dengan hidmatnya (terpengaruh oleh karomatnya Abah Umar). Pada tahun 1947 Abau Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena disaat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. Setelah itu Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai manca Negara.

Karena semakin ramai, maka para kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-Syahadatain, sehingga mereka hawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. Akhirnya Abah Umar disidang di pengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilanpun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun. Akhirnya Abah Umarpun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH. Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap 3 bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar.

Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawasulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu Agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin. Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad saw. Beliau hadir dalam acara tawasul tersebut secara bathiniyah dan memberikan title/ gelar/ derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat jibril dan memberinya gelar Syekh Alim. Kemudian di susul Siti Khodijah member gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra member gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali member gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir member gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati member gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari dating dengan member gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz.

Dengan kejadian tersebut, menurut KH. Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya Al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman. Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah. Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. Di panguragan (Muludan), dengan dihadiri oleh Jamaah Asy-Syahadatain sampai mancanegara. Sebagai seorang guru Syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/ santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Disamping beribadah, wirid, dan tafakur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasnaiyah. Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing.
Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alas an pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawasul Abah Umar di anggap menyesatkan. Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama jamaah Asy-Syahadatain,akhirnya disepakati untuk membuka kembali Jamaah Asy-syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama di saat itu tidak ada satu tuntunanpun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tersebut. Dan pada tahun 1971 Jamaah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara. Pada tahun 1973 an Masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mari’I, ia yang menjadi pelayanan didalam lotengnya Abah. Pada pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulannya kepada sirah abah umar sehingga Abah Umarpun pingsan dan dibawa kerumah sakit di bandung untuk dirawat. Dirumah sakit abah umar dawuh/ membaca ayat Al-Qur’an
ﺇﻦ ﺍﻟﻨ ﻱ ﻓﺮ ﻋﻟﯿك ﺍﻠﻗﺮ ﺁﻥ ﻟﺮ ﺍﺪﻚ ﺇﻠﻰ ﻣﺤﺎﺪ                                                            

Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akan kesah (pergi). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kesah pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M.

sumber : http://ngajisyahadat.blogspot.com/2013/05/biografi-singkat-syekhunal-mukarom.html

Kamis, 13 Maret 2014

JAM'IYAH TAWASSUL






Jam'iyah Tawassul Desa Tunggulpayung - Tugu adalaha wadah silaturrahim Jama'ah Asy Syahadatain Desa Tunggulpayung - Tugu pada khususnya, dan semua muslimin wal muslimat pada umumnya.
Sampai saat ini sudah beranggotakan kurang lebih 35 orang dan berjalan selama 4 tahun dan 7 kali putaran. Kegiatan rutinnya adalah Tawassul dan Dzikir bersama setiap minggunya bergilir dari masing ikhwan jam'iyah. Selain itu ada kegiatan bulanan dan tahunan seperti Kliwonan, Muludan, Rajaban, Ziarah Wali dan Touring Religi.