Seorang sufi yang mengalami pengalaman
spiritual tidak bisa didasarkan kepada argumetasi ilmiah. Karena
pengalaman spiritual merupakan kejadian yang diluar nalar manusia. Ayat
al-Qur’an banyak menyebutkan cerita-cerita yang di luar nalar manusia.
Sebut saja pasukan nabi Sulaiman yang memindahkan istana, lahirnya onta
dari batu dan lain sebagainya. Jika kejadian yang di luar nalar manusia
tersebut disandarkan ke para Nabi maka disebut Mu’jizat. Dinamakan Mu’jizat
karena bersifat melemahkan musuh yang dihadapi oleh pada Nabi.
Sedangkan jika kejadian di luar nalar manusia tersebut disandarkan
kepada wali maka disebut Karamah. Dinamakan demikian karena arti karamah adalah kemuliaan yang telah Allah berikan kepada kekasihnya.
Tinjauan ilmu pengetahuan, pengalaman
spiritual dapat dipelajari melalui ilmu neurosains. Neurosains (atau
neurobiologi) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari otak dan
sistem saraf di dalamnya yang mengatur cara dan wilayah kerja sel-sel
saraf yang dinamakan neuron dalam hubungannya dengan seluruh tubuh
manusia dan keadaan mental. Namun pengalaman spiritual tersebut tidak
serta merta bisa diilmiahkan. Karena jika pengalaman spiritual
diilmiahkan maka kesan sufistiknya akan hilang.
Banyak cerita tentang pengalaman
spiritual Abah Umar dan murid-muridnya. Salah satu ceritanya adalah
cerita dari Kyai Nahrowi Tinumpuk yang mendapatkan cerita dari Kyai
Kholil Mire yang ditulis oleh Ustadz Muhyiddin Jepara tetang saat
datangnya perintah wirid ya hadi ya alim ya khabir ya mubin ya wali ya hamid ya qawim ya hafidz. Suatu ketika pada hari Ahad Kyai Kholil sowan
Syaikhunal Mukarram Abah Umar ke Panguragan. Setelah selesai shalat
Asar para sahabat beliau beramah-tamah. Pada saat ramah-tamah sedang
berlangsung semua orang tiba-tiba mencium semerbak bau harum yang belum
pernah ada sebelumnya.
Setelah itu Abah Umar hadir di
tengah-tengah para sahabat yang ramai membicarakan tentang bau harum
tersebut. Beliau berkata: “Kang Kholil lan kabeh bae, nembe mawon wonten
tamu saking Baghdad maringi penggawean.” (Kang Kholil dan yang lain,
baru saja ada tamu dari Baghdad member pekerjaan). Semua sahabat terdiam
lalu Abah Umar meneruskan: “Kepripun sih pada mendel mawon?” (Bagaimana
ko’ pada diam saja). Kyai Kholil hanya mengangguk-anggukkan kepala.
Sedangkan sahabat yang lain hanya berbisik-bisik. Malam harinya malam
Senin Abah Umar mulang wirid: ya hadi ya alim ya khabir ya mubin ya wali ya hamid ya qawim ya hafidz.
Wallahu A’lam
Penulis: Yusuf Muhajir Ilallah