Minggu, 25 Januari 2015

Perintah Wirid “Ya Hadi Ya Alim Ya Khabir Ya Mubin Ya Wali Ya Hamid Ya Qawim Ya Hafidz”


Ya Hadi
Seorang sufi yang mengalami pengalaman spiritual tidak bisa didasarkan kepada argumetasi ilmiah. Karena pengalaman spiritual merupakan kejadian yang diluar nalar manusia. Ayat al-Qur’an banyak menyebutkan cerita-cerita yang di luar nalar manusia. Sebut saja pasukan nabi Sulaiman yang memindahkan istana, lahirnya onta dari batu dan lain sebagainya. Jika kejadian yang di luar nalar manusia tersebut disandarkan ke para Nabi maka disebut Mu’jizat. Dinamakan Mu’jizat karena bersifat melemahkan musuh yang dihadapi oleh pada Nabi. Sedangkan jika kejadian di luar nalar manusia tersebut disandarkan kepada wali maka disebut Karamah. Dinamakan demikian karena arti karamah adalah kemuliaan yang telah Allah berikan kepada kekasihnya.
Tinjauan ilmu pengetahuan, pengalaman spiritual dapat dipelajari melalui ilmu neurosains. Neurosains (atau neurobiologi) adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari otak dan sistem saraf di dalamnya yang mengatur cara dan wilayah kerja sel-sel saraf yang dinamakan neuron dalam hubungannya dengan seluruh tubuh manusia dan keadaan mental. Namun pengalaman spiritual tersebut tidak serta merta bisa diilmiahkan. Karena jika pengalaman spiritual diilmiahkan maka kesan sufistiknya akan hilang.
Banyak cerita tentang pengalaman spiritual Abah Umar dan murid-muridnya. Salah satu ceritanya adalah cerita dari Kyai Nahrowi Tinumpuk yang mendapatkan cerita dari Kyai Kholil Mire yang ditulis oleh Ustadz Muhyiddin Jepara tetang saat datangnya perintah wirid ya hadi ya alim ya khabir ya mubin ya wali ya hamid ya qawim ya hafidz. Suatu ketika pada hari Ahad Kyai Kholil sowan Syaikhunal Mukarram Abah Umar ke Panguragan. Setelah selesai shalat Asar para sahabat beliau beramah-tamah. Pada saat ramah-tamah sedang berlangsung semua orang tiba-tiba mencium semerbak bau harum yang belum pernah ada sebelumnya.
Setelah itu Abah Umar hadir di tengah-tengah para sahabat yang ramai membicarakan tentang bau harum tersebut. Beliau berkata: “Kang Kholil lan kabeh bae, nembe mawon wonten tamu saking Baghdad maringi penggawean.” (Kang Kholil dan yang lain, baru saja ada tamu dari Baghdad member pekerjaan). Semua sahabat terdiam lalu Abah Umar meneruskan: “Kepripun sih pada mendel mawon?” (Bagaimana ko’ pada diam saja). Kyai Kholil hanya mengangguk-anggukkan kepala. Sedangkan sahabat yang lain hanya berbisik-bisik. Malam harinya malam Senin Abah Umar mulang wirid: ya hadi ya alim ya khabir ya mubin ya wali ya hamid ya qawim ya hafidz.
Wallahu A’lam
Penulis: Yusuf Muhajir Ilallah

Sabtu, 24 Januari 2015

Pondok Pesantren Nurul Huda Munjul, Icon Jamaah Asy Syahadatain

munjul
Pondok Pesantren Nurul Huda adalah salah satu yayasan dan lembaga pendidikan Jamaah Asy-Syahadatain yang tertua di wilayah Jawa Barat. Pondok Pesantren ini didirikan jauh sebelum berdirinya Jamaah asy-Syahadatain, yakni sekitar tahun 1747 M. oleh KH. Abdullah Lebu.
Pada awalnya KH. Abdullah Lebu mendirikan pesantren bukan di daerah Munjul Astanajapura, tetapi karena kebakaran besar melanda pesantren tersebut maka terpaksa beliau mendirikan pesantren kembali dari awal namun di tempat yang berbeda. Di bawah bimbingan guru beliau, Syaikh Musa Maharesi Shiddiq, beliau diberi solusi untuk pindah tempat yang lebih strategis. Syaikh Musa hanya memberi ciri-ciri fisik tanah tanpa memberitahu lokasi yang pasti. Dan ternyata tempat yang cocok dengan ciri-ciri fisik tanah yang telah diberitahu oleh Syaikh Musa berada di tempat yang sekarang bernama desa Munjul kecamatan Astanajapura kabupaten Cirebon. Waktu itu, daerah yang dimaksud masih hutan belantara. Kemudian beliau pindah diikuti oleh santri-santrinya dengan masyarakat yang setia kepada beliau. Turun-temurun diganti oleh anak dan cucu beliau akhirnya sampai dengan sekarang menjadi pondok pesantren yang cukup pesat perkembangannya.
IMG-20130322-00112
Setelah berdirinya jamaah Asy-Syahadatain seluruh kyai, santri dan masyarakat pesantren masuk menjadi anggota jamaah Asy-Syahadatain. Motivasi masuknya mereka adalah pesan dari KH. Zainal Asyiqin (keturunan ke tiga dari KH. Abdullah Lebu) yang meramalkan akan datangnya seorang dzurriyyah Nabi yang mengajarkan tentang ilmu syahadat yang muncul dari barat laut desa Munjul. Secara spontanitas seluruh penduduk Munjul berbondong-bondong masuk anggota jamaah Asy-Syahadatain.
Secara geografis Pondok Pesantren Nurul Huda terletak di dukuh Munjul Pesantren desa Munjul kecamatan Astanajapura Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat. Masyarakat di dukuh Munjul Pesantren yang berjumlah ratusan orang kepala keluarga 100% adalah Jamaah Asy-Syahadatain. Sedangkan apabila dihitung di desa Munjul sekitar 80% adalah pengikut Jamaah Asy-Syahadatain.
Jumlah santri yang terdaftar di Pondok Pesantren Nurul Huda kurang lebih berjumlah 1000 orang baik laki-laki maupun perempuan. Pondok Pesantren Nurul Huda terdiri dari 11 (sebelas) asrama: asrama Uswatun Hasanah, asrama Darul Fikr al-Islamiyah, asrama ar-Ro’afah, asrama Ashabul Yamin, asrama an-Nasihah, asrama K. Muhammad Amin, asrama KH. Zainal Muttaqin, asrama K. Hasanuddin, asrama K. Muhyiddin, asrama K. Sughrawardi, dan asrama al-Barokah. Pondok Pesantren Nurul Huda memiliki lembaga pendidikan formal dari jenjang TK, MI, MTs, MA, MAK, SMK dan Sekolah Tinggi Agama Islam Nurul Huda kelompok belajar STAIC Cirebon.
Berdirinya jamaah Asy-Syahadatain dan banyaknya masyarakat yang mengikuti ajaran habib Umar menjadikan Pondok Pesantren Nurul Huda secara resmi menjadi lembaga pendidikan formal dan non formal yang dimiliki oleh Jamaah Asy-Syahadatain. Sebagai lembaga yang dimiliki oleh Jamaah Asy-Syahadatain, Pondok Pesantren Nurul Huda mempunyai program khusus yang berkaitan dengan ajaran-ajaran Jamaah Asy-Syahadatain, seperti mata pelajaran keasysyahadatainan, ritual khusus, seperti tawasulan, dan program-program harian yang bersifat ubudiyah.

Dikutip dari Buku Fenomena Pengagungan Dzurriyah Nabi (Studi Kritik dan Living Hadits atas Hadits-hadits yang Digunakan Jamaah Asy-Syahadatain dalam Risalah KH. Muhammad Hazim) oleh Yusuf Muhajir Ilallah tahun 2010